Jumat, 10 Juli 2009

KARTU KREDIT MENGGESER MATA UANG DAN BARTER ; Sebuah Kelinglungan Masyarakat

KARTU KREDIT MENGGESER MATA UANG DAN BARTER ;
Sebuah Kelinglungan Masyarakat


Gagasan kebudayaan ideal terdiri dari penciptaan objek material yang diniatkan bisa terintegrasi ke dalam ranah subjektif penciptaannya dan bisa diwariskan ke generasi individu selanjutnya. Namun penciptaan budaya itu sendiri menciptakan potensi menghancurkan diri. Dalam perannya sebagai penerima budaya, subjek menjadi sasaran efek merusak dari objek budaya yang telah ia ciptakan dalam perannya sebagai pencipta budaya. (Nedelmann, 1991:189)

Demikian tadi kutipan yang penulis ambil dari buku yang berjudul “Teori Sosiologi; Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern”. Jika dipahami dengan seksama, kutipan di atas sebenarnya telah memberitahukan pada kita tentang posisi kartu kredit semisal Master Card, Smart Card, Maestro, Mercants, ATM dan lain sebagainya Kartu kredit seperti Master Card, Smart Card, Maestro, Mercants, ATM dan lain sebagainya tersebut semakin hari menggeser mata uang yang telah diciptakan manusia, mulai dari mata uang logam sampai dengan mata uang sekarang ataupun proses barter dahulu. Pemikiran penulis tentang hal demikian adalah manusia telah mengalami “kelinglungan” dalam memanifestasikan wujud budayanya. Telah bosan dengan bentuk mata uang sekarang yang mungkin terasa kurang praktis sehingga menciptakan kartu kredit seperti Master Card, Smart Card, Maestro, Mercants, ATM atau yang lainnya. Sehingga cocok sekali dengan apa yang penulis kutip di awal bahwa “…penciptaan objek material yang diniatkan bisa terintegrasi ke dalam ranah subjektif penciptaannya dan bisa diwariskan ke generasi individu selanjutnya akan mampu menciptakan potensi menghancurkan objek material yang diniatkan menjadi warisan generasi berikutnya”. Uang yang telah ditetapkan menjadi alat tukar telah memiliki “saingan” yaitu “kartu kredit”. Asumsi penulis adalah uang pada akhirnya nanti akan tergantikan (entah oleh bentuk material yang disebut atau dinamakan apa). Pemikiran kami ini tidak jauh berbeda dengan apa yang pernah dikatakan oleh tokoh Simmel (1907/1978:232) yang mengatakan:
Tidak pernah ada objek yang nilainya hanya berasal dari kualitasnya sebagai sarana, dari sifatnya yang dapat di tukar menjadi nilai-nilai yang lebih pasti, yang berkembang menyeluruh dan tak terhadang menjadi nilai psikologis mutlak, menjadi tujuan akhir yang begitu mencolok yang mengendalikan kesadaran praktis kita.
Penulis teringat pula oleh sebuah buku yang berjudul The Philosophy of Money (1907/1978), melihat uang sebagai fenomena spesifik yang dikaitkan dengan berbagai komponen kehidupan lain, termasuk “pertukaran, kepemilikan, keserakahan, pemborosan, sinisme, kebebasan individu, gaya hidup, kebudayaan, nilai kepribadian, dan lain sebagainya”. Simmel menyatakan bahwa uang memungkinkan adanya “kalkulasi jangka panjang, usaha skala besar dan kredit jangka panjang”. Bagi penulis, mata uang yang telah digunakan oleh masyarakat tidak jauh berbeda dengan kartu kredit seperti Master Card, Smart Card, Maestro, Mercants ATM dan lainnya yang telah mulai dibanggakan oleh masyarakat sekarang. Lebih dari itu, kartu kredit telah menciptakan “kelas sosial”. Dengan kata lain, analisis sosiologis terhadap uang ataupun kartu kredit seperti Master Card, Smart Card, Maestro, Merchants, ATM dan yang lainnya tidak hanya sebatas pada nilai semata melainkan bahwa uang ataupun kartu kredit seperti Master Card dan sebentuk lainnya telah meluluh-lantahkan interaksi mutlak berupa “barter”.
Kartu kredit seperti Master Card dan sebentuknyapun hanya dipegang atau dimiliki oleh para “orang kaya”. Akan sangat mustahil bila kartu kredit dipegang atau dimiliki oleh “masyarakat miskin”, karena “masyarakat miskin” lebih banyak berinteraksi di pasar tradisional sedangkan kartu kredit hanya bisa diakses di mall-mall besar nan megah.
Sejalan dengan perkembangannya, kartu kredit telah merasuki wilayah Asia. Seperti yang dimuat majalah pada Tempo tanggal 31 Agustus 2002 disebutkan bahwa jumlah kartu kredit Master Card di wilayah Asia Pasifik meningkat hingga 20,7 persen menjadi 108,1 juta. Sementara jumlah kartu Maestro yang dikeluarkan di wilayah ini tumbuh hingga 157,2 juta pada akhri Juni 2002. Sementara jumlah Merchants meningkat sampai 14,7 juta dibandingkan tahun lalu periode yang sama. Kartu kredit Master Card pada enam bulan pertama 2002 menunjukkan pertumbuhan volume transaksi (bruto dalam dolar AS) di wilayah Asia Pasifik hingga 14,9 persen atau senilai US$ 108,5 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun 2002 lalu. Belum juga dengan dinobatkannya kota Shanghai China sebagai pusat perdagangan dunia khusus wilayah Asia berdasarkan penilaian Master Card karena China terus melanjutkan peran pentingnya membangun pertumbuhan ekonomi regional. Terlebih China memiliki lima kota yang masuk dalam indeks 75 kota perdagangan dunia. Kota-kota lain di Asia yang masuk dalam indeks 25 pusat perdagangan global antara lain Seoul yang berada pada posisi kesembilan, Sydney (peringkat ke-12), Osaka (peringkat ke-19), dan Taipei (posisi ke-22).
Terlepas dari perkembangan kartu kredit, sisi lainnya adalah munculnya kejahatan kartu kredit. Lagi-lagi, Indonesia yang masih awam dengan kartu kredit terkategorisasikan sebagai negara yang memiliki tingkat kejahatan kartu kredit tertinggi di dunia. Belum lagi dengan kerugian yang dimiliki. Dari data BI, diketahui bahwa selama satu tahun yang berakhir September 2006, jumlah kerugian karena kejahatan kartu kredit di Indonesia mencapai Rp15 miliar hingga Rp20 miliar. Sedangkan sepanjang 2006, kerugian berkisar Rp30 miliar. Ini masih merupakan angka yang cukup besar, meski dari tahun ke tahun mulai terjadi penurunan. Nilai kerugian terbesar terjadi pada 2003, saat Indonesia dicap sebagai negara dengan tingkat kejahatan kartu kredit terbesar di dunia setelah Ukraina. Kerugian tahun itu dan tahun 2004 hampir sama, mencapai Rp60 milar. Menurun di tahun 2005 menjadi sekitar Rp40 miliar, dan tahun 2006 antara Rp20-30 miliar. Saat ini tercatat 21 penerbit kartu kredit, terdiri dari 19 bank dan dua penerbit non bank. Jumlah kartu diterbitkan mencapai 8 juta kartu. Dan hingga April 2007, berdasarkan data BI, jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia mencapai 8,2 juta kartu. Sedangkan tahun 2003 sebanyak 4,52 juta kartu, tahun 2004 naik menjadi 5,5 juta kartu dan tahun 2006 ke posisi 8 juta kartu. Total kredit (outstanding balance) sampai April 2007 sebesar Rp18,7 triliun. Total transaksi kartu kredit tahun 2006 mencapai 113 juta transaksi dengan nilai nominal lebih dari Rp57 triliun. Dengan demikian pertumbuhan kartu kredit per-tahun di Indonesia sekitar 20-25%.
Berbeda dengan penjelasan di atas, NEW YORK (Bloomberg): MasterCard Inc, raksasa penerbit kartu kredit, membukukan kerugiannya sebesar US$746,7 juta akibat biaya penyelesaian masalah hukum dengan American Express Co. Demikianlah tadi sisi lain dari kerugian yang dimiliki oleh kartu kredit semisal Master Card. Satu kesimpulan besar yang bisa dipetik dari tulisan ini adalah kartu kredit tidak jauh berbeda dengan mata uang yang selama ini diguna dan diciptakan oleh mannusia sendiri. Munculnya kartu kredit adalah karena “kelinglungan” anak manusia dalam memanifestasikan ide budayanya yang terus berkembang. Ibarat manusia setelah menciptakan ide membuat “motor” akan memunculkan dan memanifestasikan ide budayanya lagi dengan membuat pesawat. Dan memang demikianlah perkembangan dari ide budaya yang dimiliki oleh manusia. Keunggulan dari kartu kredit karena kepraktisannya.



DAFTAR PUSTAKA:
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2008. Teori Sosiologi; Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern (terjemahan). Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Siregar, Sopia. 2007. 'Smart Card' Kurangi Risiko Kejahatan Kartu Kredit. Jakarta. http://www.media-indonesia.com/berita.asp?id=135379.
Yunan, M. Hilmi. 2008.MasterCard alami kerugian US$746,7 juta. New York.http://web.bisnis.com/kerugian/perbankan/1id71345.html
2008. Shanghai Pusat Perdagangan Terbesar di Asia. Jakarta. http://ekonomi.okezone.com/index.php?

http://m.infoanda.com/readnewsent.php?

www.ajangkita.com/viewtopic.