Minggu, 06 Desember 2009

Komunikasi dan Pembangunan di Negara-Negara Dunia Ketiga; Sebuah Tinjauan Sosiologis



Menjadi negara yang maju dan modern adalah harapan setiap negara berkembang (Negara Dunia Ketiga). Berbagai teori pendekatan pembangunan sudah diterapkan, namun belum ada perubahan yang signifikan. Alih-alih terjadi perubahan, tetapi muncul ketimpang di berbagai aspek kehidupan sehingga memunculkan permasalahan-permasalahan baru.
Peranan komunikasi dalam pembangunan merupakan sebuah kunci keberhasilan suatu pembangunan bangsa dan negara. Tanpa adanya komunikasi di antara perencana dan sasaran pembangunan, pembangunan tidak akan berhasil seperti yang diharapkan. Banyak yang tidak menyadari hal ini. Masyarakat sebagai sasaran pembangunan jarang, bahkan tidak diikut sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaannya sehingga hanya sebagian kecil orang yang dapat merasakan manfaat dari pembangunan. Dan pembangunan tersebut seolah menjadi sia-sia, bahkan menjadi “bomerang”.
Kegagalan praktik pembangunan di negara-negara berkembang (Dunia Ketiga), khususnya di Indonesia, selain disebabkan penggunaan paradigma dan teori yang tidak relevan, juga banyak disebabkan oleh pendekatan
komunikasi yang belum sesuai dengan kondisi masyarakat. Buku ini
mengetengahkan upaya pencarian model pendekatan komunikasi sebagai
strategi komprehensif untuk melakukan perubahan dan pembangunan bangsa
dan negara. Di dalamnya dipaparkan sejumlah pandangan, pemikiran, dan
analisis., baik secara teoretis maupun praktis mengenai aspek, paradigma, teori, pendekatan serta model komunikasi dan pembangunan, juga teknologi komunikasi sebagai sebuah setrategi dalam penerapannya. Karena itu, buku ini sangat bermanfaat bagi para perencana pembangunan, pelaksana pembangunan, mahasiswa, dosen, praktisi, stakeholder, dan siapa saj yang peduli terhadap pembagunan bangsa dan negara.
Menilik sub bab di atas, maka penulis menemukan beberapa asumsi yang perlu diungkap dan mestimya dicamkan dalam pembicaraan pola-pola strategi komunikasi yang berlaku di dunia ketiga. Pertama, diasumsikan bahwa negara-negara dunia ketiga dewasa ini sedang menempuh proses “industrialisasi”. Implikasinya adalah bahwa “industrialisasi” dipegang sebagai kunci dalam “pembangunan”. Dan kita tahu bahwa dengan berpegang pada industrialisasi sebagai kunci pembangunan berarti negara-negara dunia ketiga mengikuti paradigma lama, yang mengajarkan bahwa pertumbuhan ekonomi lewat industrialisasi merupakan kunci pembangunan nasional. Dengan implikasi bahwa teknologi dan modal menggeser kedudukan utama tenaga kerja. Kedua, dengan berpegang pada konsep industrialisasi berarti dunia ketiga melakukan pembangunan dengan mengutamakan pertumbuhan ekonomi dengan teknologi padat modal. Ketiga, pertumbuhan ekonomi dianggap dapat menyelesaikan segala masalah yang menimpa dunia ketiga, karena masalah ekonomi merupakan masalah sentral bagi kehidupan dunia ketiga. Implikasinya manusia dunia ketiga harus ditransformasikan menjadi manusia ekonomi yang serba rasional yang digerakkan oleh kepentingan ekonomi, sehingga kualitas proses dan pertumbuhan itu sendiri kehilangan arti. Artinya, pertumbuhan ekonomi dikejar dengan segala pengorbanan dan mempertaruhkan martabat manusia maupun relasi sosial (human cost) (Charles K. Wilber, 1985). Keempat, diasumsikan bahwa komunikasi mempunyai peranan positif sebagai penunjang, mendukung dan memperlancar proses industrialisasi. Asumsi ini sebenarnya tidak sejalan dengan asumsi ketiga yang mengimplikasikan bahwa sukses ekonomi akan menyelesaikan degala masalah yang dihadapi masyarakat. Dari kedua asumsi ini dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi yang saling mempengaruhi antara pertumbuhan ekonomi dan komunikasi. Keterkaitan positif antara ekonomi dan komunikasi ini yang melandasi teori-teori tentang peran komunikasi dalam pembangunan di negara-negara berkembang yang dikenal dengan beberapa variasi penyebutan, seperti modernisasi dan pembangunan nasional, yang dirintis oleh Daniel Lerner, Wilbur Schramm, Frederick W. Frey, dan Everett M. Rogers. (Diagram 1). Akhirnya, kelima, diasumsikan bahwa komunikasi dapat direkayasa untuk memenuhi suatu strategi operasi guna mencapai sasaran, dalam hal ini proses yang dimaksud adalah proses industrialisasi dan pembanguna. Artinya, komunikasi massa dan komunikasi sosial tidak dibiarkan berkembang dengan sendirinya sesuai dengan hukum dinamika sosial, melainkan direkayasa secara khusus untuk meningkatkan efektivitas kerja (industrialisasi dan pembangunan).
Komunikasi pembangunan harus didahului oleh pengadaan suatu favourible mental climate ataupun predisposisi, kesedian menerima pesan komunikasi pembangunan itu sendiri. Komunikasi pembangunan bertujuan atau akan mengakobatkan perubahan sosial besar-besarran. Hal ini berarti modernisasi atau kemajuan, tetapi masyarakat tidak akan menerima atau mau berpartisipasi apabila inti dari pesan komunikasi tadi tidak dipahami dan tidak dirasakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya sehingga tidak akan sampai kepada taraf motivasi.
Komunikasi pembangunam juga suatu proses pendidikan dalam arti luas. Dalam arti pembangunan moderen yang mengusahakan agar didapat suatu pendidikan dan kehidupan yang berbeda dari anak didiknya dengan orang tuanya. Komunikasi pembangunan adalah juga komunikasi perubahan yang menghendaki perubahan dalam kebudayaannya. Inti dari komunikasi pembangunan adalah “planning in advance”, memperhitungkan bahwa setiap tahap perkembangan (sebagai akibat perubahan) akan mengakibatkan arus komunikasi dan informasi yang lain, dengan akibat bahwa bahwa perencanaan sudah harus siap dengan kegiatan komunikasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh situasi yang baru.
Maka titik akhir kesimpulan sub bab pertama ini yaitu bahwa sebenarnya jika kita berbicara mengenai komunikasi, pembangunan dan Negara Dunia Ketiga maka “informasi” dan “komunikasi-lah” sebagai faktor utama dari lahirnya pembangunan (developmentaslisme) pada negara negara-negara Dunia Ketiga ataupun negara-negara lalin di dunia. Akhir dari informasi dan komunikasi serta pembangunan adalah apa yang disebut dengan “perubahan sosial”. Ya, sudah sangat jelas indikasi dari kesemuanya adalah akan melahirkan sebuah “perubahan sosial” (bahkan bisa juga menghadirkan “perubahan global). Adapun mengenai Negara-negara Dunia Ketiga dipahami sebagai negara-negara yang sedang berkembang.

Tidak ada komentar: